Kututupi bulan dengan dedaunan lalu malam semakin senyap tanpa jejak hujan Aku hanya bisa menghadirkan sepotong demi sepotong waktu tua Seperti kemarin, ketika kukuliti kerikil-kerikil tajam dengan luka Memang mataku tak hijau dan kerudungku tak (lagi) merah dan jalanan serta lelampunya tak lagi menyala namun aku masih manusia Perempatan itu telah menjadi imaji atas mimpi dinding-dinding batu yang melingkupi tertawa puas dengan wajah pasi bias pelangi Lalu menyanyikan lagu tentang sang Ratih Kututupi bulan dengan dedaunan lalu malam semakin kelam tanpa jejak hujan