oh, halo. sudah cukup lama aku tidak menuliskan sampah-sampah yang berserakan di pikiranku sehingga kini aku lumayan bimbang untuk memulai dari mana.
ba ik lah. ini dia
hidup telah meniup perahuku jauh dari tujuan yang telah kurencanakan semula, tujuan yang dulu pernah kupertimbangkan masak-masak dengan menghitung arah angin dan kecepatan gelombang. hidup sedang bersekongkol dengan waktu sehingga aku kini terasing dari tujuan mulaku. pantaiku telah terlepas dari jangkauan penglihatanku dan kini perahuku masih gamang menentukan arah kemudinya untuk kemudian melihat dermaga-dermaga lain.
aku kini tengah menjadi apa yang telah kuidamkan sejak lama, menjadi seorang barista. menjadi barista sebenarnya telah kuperhitungkan sejak lama, sejak hidup meniup perahuku ke arah Surabaya. yang tidak kuperhitungkan adalah perubahan-perubahan yang harus kubuat demi agar perahuku tetap melaju.
keterasingan
aku kini bahkan terasing dari diriku sendiri. aku sedang tidak benar-benar tahu apa yang aku inginkan, apa yang aku butuhkan. aku hanya mengikuti arah angin yang ditiupkan kehidupan justru ketika aku sedang ingin sandar. banyak hal yang mengubahku hingga aku kini tak yakin siapakah yang balas menatapku dari cermin. aku kini mencurigai segala keinginan-keinginan, semua kemungkinan. aku mencurigai diriku sendiri karena aku tahu bahwa aku bisa begitu manipulatif bahkan terhadap diriku sendiri. namun aku masih tetap bersyukur bahwa hidup dan waktu telah berpadu dan membawaku ke tempat ini, dimana aku bertahan hidup dengan menghirup aroma kopi.
sebenarnya aku ingin menuliskan banyak hal malam ini. tentang perempuan dan laki-laki yang dihakimi, tentang karakter yang mati sore tadi. tapi tiba-tiba kecurigaanku terhadap keinginan-keinginanku menyergap bagai pekat yang tiba-tiba menelan senja. kecurigaanku bertanya kepada ketulusan dan akal sehatku. ia mempertanyakan motif, mempertanyakan untung-rugi, menyerukan betapa keinginanku tidak menarik dan menjengahkan.
jadi, mungkin ketika kecurigaanku tidur nanti, baru aku akan menuliskan lebih banyak tentang perahuku. tentang hal-hal yang kulihat saat aku duduk sendirian di haluan perahuku saat senja. tentang hal-hal yang kuperhatikan meski lalu membuatku jadi sedih.
ba ik lah. ini dia
hidup telah meniup perahuku jauh dari tujuan yang telah kurencanakan semula, tujuan yang dulu pernah kupertimbangkan masak-masak dengan menghitung arah angin dan kecepatan gelombang. hidup sedang bersekongkol dengan waktu sehingga aku kini terasing dari tujuan mulaku. pantaiku telah terlepas dari jangkauan penglihatanku dan kini perahuku masih gamang menentukan arah kemudinya untuk kemudian melihat dermaga-dermaga lain.
aku kini tengah menjadi apa yang telah kuidamkan sejak lama, menjadi seorang barista. menjadi barista sebenarnya telah kuperhitungkan sejak lama, sejak hidup meniup perahuku ke arah Surabaya. yang tidak kuperhitungkan adalah perubahan-perubahan yang harus kubuat demi agar perahuku tetap melaju.
keterasingan
aku kini bahkan terasing dari diriku sendiri. aku sedang tidak benar-benar tahu apa yang aku inginkan, apa yang aku butuhkan. aku hanya mengikuti arah angin yang ditiupkan kehidupan justru ketika aku sedang ingin sandar. banyak hal yang mengubahku hingga aku kini tak yakin siapakah yang balas menatapku dari cermin. aku kini mencurigai segala keinginan-keinginan, semua kemungkinan. aku mencurigai diriku sendiri karena aku tahu bahwa aku bisa begitu manipulatif bahkan terhadap diriku sendiri. namun aku masih tetap bersyukur bahwa hidup dan waktu telah berpadu dan membawaku ke tempat ini, dimana aku bertahan hidup dengan menghirup aroma kopi.
sebenarnya aku ingin menuliskan banyak hal malam ini. tentang perempuan dan laki-laki yang dihakimi, tentang karakter yang mati sore tadi. tapi tiba-tiba kecurigaanku terhadap keinginan-keinginanku menyergap bagai pekat yang tiba-tiba menelan senja. kecurigaanku bertanya kepada ketulusan dan akal sehatku. ia mempertanyakan motif, mempertanyakan untung-rugi, menyerukan betapa keinginanku tidak menarik dan menjengahkan.
jadi, mungkin ketika kecurigaanku tidur nanti, baru aku akan menuliskan lebih banyak tentang perahuku. tentang hal-hal yang kulihat saat aku duduk sendirian di haluan perahuku saat senja. tentang hal-hal yang kuperhatikan meski lalu membuatku jadi sedih.
Komentar
Posting Komentar